Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

May 24, 2011


Assalamualaikum..

{Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.}
(QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah Anda
mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.

Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok,
mencemaskan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam ghaib dan belum turun ke
bumi.

Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jambatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahawa kita akan sampai atau tidak pada jambatan itu. Boleh jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jambatan itu, atau mungkin pula jambatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jambatan itu dan kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada fikiran untuk memikirkan
masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam
kecemasan-kecemasan yang baru diduga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Kerana, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara kasar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang.

Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabak penyakit dan kemelesetan ekonomi yang khabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah sebahagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah syaitan".

{Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.}
(QS. Al-Baqarah: 268)


Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi.
Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang lain' tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada.Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justeru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah
menanyakan khabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan
petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk.

Jika Anda hairan, maka lebih menghairankan lagi orang-orang yang
berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

dipetik dari La Tahzan : Dr 'Aidh Al-Qarni

0 comments:

Post a Comment

a story of an old woman and the prophet Muhammad SAW~